ya, ini rumah mu, sedang aku hanya orang asing yang menumpang disini. bukan anak orang kaya apalagi anak raja. hanya anak yang sekarang telah menjadi ayahmu juga, namun, mungkin sepertinya itupun tak kau akui. begitu juga dengan ayah yang jarang berada dirumah, hanya kerja dan kerja yang ada dibenaknya. bagaimana memiliki banyak karyawan, banyak usaha tanpa memikirkan bahwa disini kami pun butuh sosok seorang ayah. jadi praktis akupun bukan siapa-siapa dan membuatku tak memiliki daya apapun.
pernah sekali aku menegur untuk tidak merokok, lantas dia mengatakan, bahwa apapun yang dia lakukan disini itu bukan masalah, karena memang ini rumah dia. lalu aku? apa harus aku pergi terlebih dulu agar mereka sadar bahwa akupun serakang tinggal disini, atau mungkin bahkan mereka sejak dulu mengharapkan kepergian ku?
halahhhh... entah mana yang benar dan mana yang salah, yang ku ketahui ketika hak seseorang sirenggut maka yang merenggutnya harus menanggung akibat. dan salah satu hak ku adalah bernapas, sedang dia menggambil itu setiap malam, bagaimana jika aku meminta agar tuhan mengambil napas mu, satu hari saja, untuk mengganti semua napas yang selama ini kau ambil secara paksa itu? aku rasa itu cukup adil, malah kurang.
hampir 8 tahun aku tinggal disini, dan sudah sejak 2-3 tahun aku tak bisa mendapatkan hak ku. aku hanya ingin tuhan membuat mu berhenti bernapas selama satu hari, agar kau tau betapa berharganya udara bagi pengidap asma seperti ku. bagaimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar