hampir setiap hari mengeluhkan nasib dari kedua buah hatinya dirumah
tanpa pengasuh, tanpa saudara yang bisa setiap hari dititipkan
dengan penuh rasa khawatir dan tidak enak hati pada suami berangkat kekantor demi mengajari ku
sungguh aku pun sebenarnya tak sepenuh hati melepasmu
tak rela jika harus segera ditinggalkan
banyak dari mereka diluar sana pun ingin serta pergi dari kantor
lantas apa gunanya lagi aku masih bertengger pada tempat yang sama?
kita baru sebentar bersama, tapi entah mengapa aku sayang
larut dalam canda dan kebersamaan yang sejak lama kalian bangun
datang dengan tangan kosong, aku hadir ditengah mencoba berbaur dengan kalian
bu, dari sekian banyak mereka disana, ibu satu-satunya yang bisa ku percaya.
terlalu percayanya, apapun kejelekan tentang mu, takan berguna jika dilayangkan padaku
bu, jika boleh aku meminta untuk lebih bersabar sebentar, aku belum siap bu.
aku bagai anak perempuan yang hendak dilepas ibunya pergi merantau sendiri
itu sebabnya, aku tak pernah mau kau puji,
tak pernah ingin merasakan hangatnya pelukan mu
bukan karena aku tidak mau, karena aku takut jika suatu saat hal indah itu harus lenyap begitu saja
karena aku takut, suatu saat tidak ada lagi tempat untuk ku bersandar
jika memang harus sakit, biar aku menanggungnya
jika memang harus keras, biar aku yang melawannya
jika memang harus sendiri, jangan paksa aku untuk kenal dan dekat dengan yang lain
karena sulit bagi ku kembali kepenjara jika sudah terbiasa bebas diangkasa.
kau terlalu memanjakan ku dengan kasih dan sayang
skau selalu sabar mengajarkan ku dengan senyum dan tawa
jika suatu saat kau tidak ada, siapa yang akan berlaku itu lagi?
kemana lagi harus kucari yang seperti mu?
bu, ku mohon jangan siksa batin ku
aku mohon bu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar